KHUTBAH IDUL ADHA 1433 H
Hikmah Haji dan Qurban
dalam Rekonstruksi Aqidah,
Akhlak dan Soliditas
Sosial
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ
(×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
إنَّ الحَمْدَ لِله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ الله ُفَلا مُضِلَّ لَهُ ،
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا الله ُوَحْدَهُ لا
شَريْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، وَأمِيْنُهُ
عَلىَ وَحْيِهِ ، وَخِيْرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ ، وَسَفِيْرُهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
عِبَادِهِ ، المْبَعْوُثُ بِالدِّيْنِ الْقَوِيْمِ ، وَالْمَنْهَجِ
الْمُسْتَقِيْمِ ، أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالمَيِنْ ، وَإِمَاماً
لِلْمُتَّقِيْنَ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ {
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } آل عمران : 102[ . { يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ
الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً }
النساء : 1[ . { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً
سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً }الأحزاب : 70-71. : (اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن
Hadirin Jama’ah
Idul Adha Rahimakumullah,
Pada pagi hari yang penuh berkah ini, kita umat Islam berkumpul untuk
melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Bersama-sama kita ruku’ dan sujud sebagai ujud
ketaatan, ketundukan dan kepasrahan kepada Allah SWT. Alunan takbir dan tahmid
kita gemakan, sebagai pernyataan dan pengakuan atas kemaha agungan Allah SWT.
Takbir dan tahmid yang kita kumandangkan, adalah pengakuan, syahsisah,
kesaksiaan, bahwa tidak ada yang pantas ditakuti, tidak ada yang pantas
disembah, kecuali Allah SWT.
Oleh karena itu, melalui mimbar ini, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian; Mari kita sempurnakan ketawqaan kita kepada Alloh SWT. Mari tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan, dan kesombongan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Apapun pangkat dan kebesaran yang kita sandang, sesungguhnya kita kecil di hadapan Allah. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita di depan manusia, sungguh tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Oleh karena itu, melalui mimbar ini, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian; Mari kita sempurnakan ketawqaan kita kepada Alloh SWT. Mari tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan, dan kesombongan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Apapun pangkat dan kebesaran yang kita sandang, sesungguhnya kita kecil di hadapan Allah. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita di depan manusia, sungguh tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin Jama’ah
Idul Adha Rahimakumullah,
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh
muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan
panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang
kelima.
Mereka yang menunaikan haji dengan
penuh semangat dan kekhusyukan melantunkan pernyataan tauhid yang berulang
ulang:
لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ
وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لا شَرِيكَ لَكَ
Kami penuhi panggilan-Mu ya Allah,
kami penuhi panggilan-Mu Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu Ya Allah, tiada
sekutu bagi-Mu, kami penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala pujian,
nikmat dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagimu…
Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini
kita pun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita
melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah,
pemotongan hewan qurban setelah shalat Idul Adha ini dan menggemakan takbir,
tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah swt.
Ibadah
haji dan Qurban tidak bisa dilepaskan dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim as,
karenanya sebagai teladan para Nabi, termasuk Nabi Muhammad saw, Manhaj Nabi Ibrahim as harus kita pahami
untuk selanjutnya kita teladani terutama dalam merekonstruksi kehidupan sekarang dan masa yang
akan datang.
Hadirin Jama’ah Idul Adha
Rahimakumullah,
Ketika kita mengenang kembali manhaj Nabiyullah Ibrahim AS, setidaknya ada
tiga hal yang dapat kita ambil hikmahnya dari peristiwa haji dan Qurban dalam
merekonstruksi kehidupan kita.
Pertama, Rekonstruksi kekuatan aqidah, iman atau tauhid
kepada Allah swt.
Nabi Ibrahim as telah mencontohkan kepada kita bagaimana aqidah begitu melekat pada
jiwanya sehingga ia berlepas diri dari siapa pun dari kemusyrikan, termasuk
orang tuanya yang tidak mau bertauhid kepada Allah swt sebagaimana disebutkan
dalam firman-Nya :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا
بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ
وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن شَيْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ
تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ﴿٤﴾
“Sesungguhnya Telah ada suri teladan
yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika
mereka Berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada
kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS Al Mumtahanah
[60]:4).
Salah satu dampak positif dari
aqidah yang kuat akan membuat seorang mukmin memiliki prinsip yang tegas dalam
setiap keadaan, dia tidak lupa diri pada saat senang, baik senang karena harta,
jabatan, popularitas, pengikut yang banyak maupun kekuatan jasmani dan ia pun
tidak putus asa pada saat mengalami penderitaan, baik karena sakit, bencana
alam, kekurangan harta maupun berbagai ancaman yang tidak menyenangkan, inilah
yang membuatnya menjadi manusia yang mengagumkan, Rasulullah saw bersabda :
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ اِنَّ
اَمْرَهُ كُلَّهُ لَخَيْرٌ وَلَيْسَ ذَالِكَ ِلأَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ ِانْ
اَصَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَاِنْ اَصَبَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Menakjubkan urusan orang beriman,
sesungguhnya semua urusannya baik baginya dan tidak ada yang demikian itu bagi
seseorang selain bagi seorang mukmin. Kalau ia memperoleh kesenangan ia
bersyukur dan itu baik baginya. Kalau ia tertimpa kesusahan, ia sabar dan itu
baik baginya (HR. Ahmad dan Muslim).
Ibadah qurban mengajarkan ketulusan
dan kepatuhan kepada Allah dalam segala amal dan perbuatan. Seberat apapun
perintah Allah akan dikerjakan dengan patuh dan taat, tidak ada tawar-menawar,
apalagi menolaknya. Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, serta Hajar, telah membuktikan
aktualisai tauhid yang sangat jelas bagi umat ini. Keyakinan yang mendalam
bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya, dan harapan yang kuat
bahwa janji Allah pasti akan direalisasikan, bahwa Allah tidak akan pernah
menelantarkan hamba-Nya telah menguatkan hati mereka untuk melakukan
pengorbanan yang sangat mahal.
Cinta mereka kepada anak dan
keluarga, tidak menghalanginya untuk taat pada perintah Allah SWT, kesulitan
hidup yang mereka alami tidak mengahalanginya untuk mensyukuri nikmat Allah,
godaan yang datang dari semua arah tidak membuatnya sedikitpun bergeser
menyimpang dari perintah Allah. Konsistensi dan keteguhan iman inilah yang
mengantarkan mereka mendapatkan penghargaan dan ditempatkan dalam posisi
terhormat di antara umat manusia.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً
قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120) شَاكِرًا
لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (121) وَآَتَيْنَاهُ
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآَخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (122)
[النحل
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan
sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),
121. (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan
menunjukinya kepada jalan yang lurus. 122. dan Kami berikan kepadanya kebaikan
di dunia. dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar Termasuk orang-orang yang
saleh.
QS. An Nahl.( 120-122 ).
Iman dan tauhid yang ada dalam jiwa
harus diaktualkan dalam kehidupan kemanusiaan. Kali ini ibadah haji dan qurban
berbarengan dengan bencana, semakin menegaskan perlunya perbaikan hubungan
kemanusiaan yang berdasaran pada nilai tauhid dan keimanan.
Hadirin Jama’ah Idul Adha
Rahimakumullah,
Yang Kedua,
Ketika kita mengenang kembali manhaj Nabiyullah Ibrahim AS, hikmah yang
bisa kita ambil adalah Rekonstruksi Akhlaq.
Kondisi akhlaq masyarakat kita sekarang kita akui masih amat
memprihatinkan, bila ini terus berlangsung, cepat atau lambat yang lemah dan
hancur bukan hanya diri dan keluarga, tapi juga umat dan bangsa. Seorang ulama Mesir yang wafat tahun
1932 M yang bernama Syauqi Bey, menyatakan :
إِنَّماَ
الأُمَمُ الأَخْلاَقُ ماَ بَقِيَتْ وَإِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ
ذَهَبُوْا
Suatu bangsa akan kekal selama berakhlaq, bila akhlaq telah lenyap, lenyaplah bangsa itu.
Suatu bangsa akan kekal selama berakhlaq, bila akhlaq telah lenyap, lenyaplah bangsa itu.
Karena itu melanjutkan misi Nabi
Muhammad saw memperbaiki akhlaq menjadi sesuatu yang amat penting. Profil Nabi
Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji yang harus ditunaikan oleh kaum
muslimin sekali seumur hidupnya adalah menjauhi segala bentuk keburukan dan
melakukan segala bentuk kebaikan. Kesimpulan ini kita ambil dari larangan
melakukan keburukan bagi jamaah haji, Allah swt berfirman :
الْحَجُّ أَشْهُرٌ
مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ
وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ
اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ
وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٧﴾
“(Musim haji) adalah beberapa bulan
yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh mengerjakan rafats (perkataan maupun
perbuatan yang bersifat seksual), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya. Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al Baqarah [2]:197)
Akhlaq mulia tercermin dari jawaban
Ismail as yang meskipun begitu siap untuk melaksanakan perintah Allah swt
berupa penyembelihan dirinya, namun ia tidak mengklaim dirinya sebagai orang
yang paling baik atau paling sabar, tapi ia merasa hanyalah bagian dari
orang-orang yang sabar karena generasi terdahulu juga sudah banyak yang sabar,
Allah swt menceritakan masalah ini dalam firman-Nya :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي
أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾
Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar”.(QS Ash Shaffat [37]:102).
Karena buah dari kesabarannya yang dilandasi akhlaq mulia, Alloh SWT,
mengganti Ismail AS dengan seekor kambing, sehingga umat Islam disyariatkan
untuk melakukan ibadah qurban, yakni memotong binatang ternak, baik kambing,
sapi, atau unta, untuk dibagikan kepada sesama, sebagai ketegasan sikap, bahwa
kesempurnaan keIslaman kita, tidak hanya terletak pada kualitas ketulusan
penghambaan kepada Alloh, tetapi juga kerelaan berbagi kapada sesama.
Sungguh tiada habisnya menceritakan peristiwa besar itu,
dan sangat relevan kalau kejadian tersebut dikemukakan kembali untuk menggugah
kesadaran kita akan makna penghambaan, kecintaan dan pengorbanan, mengingat
kian menipisnya kesadaran dalam hati masing-masing kita untuk berkorban bagi
sesama.
Pelaksanaan perintah berqurban, mengajarkan kita untuk tidak menjadikan
kecintaan kita kepada hal-hal yang profan, bersifat duniawi, baik
itu berupa keluarga, harta benda, bahkan jiwa, adalah segala-galanya, dan
menjadikannya sebagai alasan pembenar untuk berbuat dzalim dan aniaya kepada
sesama. Risalah qurban adalah penegasan bahwa mengorbankan
orang lain untuk dan atas nama apapun, tidak dapat dibenarkan, dan tidak boleh
terjadi. Risalah qurban adalah perintah untuk memangkas sifat-sifat
kebinatangan pada diri manusia.
Akhirnya, semoga Alloh SWT membukakan hati kita, hati saudara kita, hati
para pemimpin kita, untuk meresapi makna kejuangan dan pengurbanan untuk
menciptakan kesejahteraan bagi sesama, sehingga cita-cita untuk mewujudkan
negeri yang adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam keadilan dapat tercapai.
Pengorbanan demi pengorbanan yang ditunjukkan Nabiyullah
Ibrahim AS beserta keluarganya, adalah teladan paripurna atas tumbuhnya
ketulusan tak bertepi, serta totalitas kepasrahan akan kemahakuasaan robbul
jalil, menjadi titian sejarah yang tak pernah lekang oleh zaman, tercatat
dengan pena emas dalam lembar sejarah kehidupan manusia.
اللهُ اَكْبَرْ (×3)لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Idul Adha
Rahimakumullah,
Yang Ketiga, Ketika kita mengenang kembali
manhaj Nabiyullah Ibrahim AS, hikmah yang bisa kita ambil adalah Rekonstruksi
Solidaritas dan Soliditas Sosial.
Dalam ibadah haji, kaum muslimin dari seluruh dunia dengan berbagai latar
belakang yang berbeda bisa bertemu, berkumpul dan beribadah di tempat yang
sama, bahkan dengan pakaian yang sama. Ini semua seharusnya sudah cukup untuk memberi pelajaran
betapa persaudaraan antar sesama kaum muslimin memang harus kita bangun. Bila
ukhuwah Islamiyah terwujud dalam kehidupan kita, maka sebagai umat kita punya
kekuatan dan kewibawaan, berbagai persoalan umat bisa dipecahkan, kualitas umat
bisa diperbaiki dan ditingkatkan serta musuh-musuh Islam bisa dihadapi, bahkan
mereka akan takut melihat kekuatan umat yang luar biasa. Tapi karena ukhuwah
umat belum terwujud, maka jadilah umat ini seperti buih di tengah lautan yang
terus mengikuti ke mana beriaknya ombak bukan seperti karang yang memecahkan
ombak. Karena itu peribadatan dalam Islam pada hakikatnya menyadarkan setiap
muslim dan muslimah sebagai bagian dari umat Islam sedunia dan merupakan salah
satu anggota masyarakat Islam sedunia yang tidak boleh berlepas diri dari
persoalan-persoalan dunia Islam. Begitulah yang kita peroleh dari ibadah
shalat, zakat, puasa dan apalagi haji.
Dalam konteks kehidupan kita
sekarang, mungkin saja kita berbeda-beda suku dan bangsa, organisasi sosial dan
politik, bahkan dalam kelompok-kelompok aliran atau pemahaman keagamaan, tapi
semua itu seharusnya tidak membuat kita menjadi begitu fanatik lalu merasa
benar sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai kelompok yang salah. Harus
kita ingat bahwa ukhuwah merupakan bukti keimanan dan bila ini belum kita
wujudkan pertanda lemahnya keimanan yang kita miliki, Allah swt berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾
Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan bertaqwalah Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS Al Hujurat [49]:10).
Apa yang menjadi Manhaj Nabi Ibrahim as ini bila kita ukur
dalam konteks negara kita ternyata masih jauh dari harapan, hal ini karena
keamanan menjadi sesuatu yang sangat mahal, sementara kesulitan mendapatkan
rizki atau makan masih begitu banyak terjadi. Namun kesulitan demi kesulitan
masyarakat pada suatu negara dan bangsa ternyata bukan karena Allah tidak
menyediakan atau tidak memberikan rizki, tapi karena ketidakadilan dan korupsi
yang merajalela. Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk istiqamah atau
mempertahankan nilai-nilai kebenaran. Meskipun banyak orang yang korupsi, kita
tetap tidak akan terlibat, karena jalur hidup kita adalah jalur yang halal.
Setiap orang bertanggung jawab untuk
mewujudkan kehidupan negara dan bangsa yang baik, namun para pemimpin dan
pejabat harus lebih bertanggung jawab lagi. Karena itu, kita amat menyayangkan
bila banyak orang mau jadi pejabat tapi tidak mampu mempertanggungjawabkannya,
jangankan di hadapan Allah swt, di hadapan masyarakat saja sudah tidak mampu,
inilah pemimpin yang amat menyesali jabatan kepemimpinannya, Rasulullah saw
bersabda:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلْنِى؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ
عَلَى مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ: إِنَّكَ ضَعِيْفٌ
وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ
مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيْهَا
Abu Dzar RA berkata: Saya bertanya,
Ya Rasulullah mengapa engkau tidak memberiku jabatan? Maka Rasulullah
menepukkan tangannya pada pundakku, lalu beliau bersabda: Hai Abu Dzar, sungguh
kamu ini lemah, sedangkan jabatan adalah amanah, dan jabatan itu akan menjadi
kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang
memperolehnya dengan benar dan melaksanakan kewajibannya dalam jabatannya (HR.
Muslim)
اللهُ اَكْبَرْ (×3)لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Idul Adha
Rahimakumullah,
Ibadah haji yang disyariatkan bagi umat ini, diantara
pesan tekstual yang Allah sampaikan adalah agar mampu memberikan manfaat bagi
sesama manusia.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ
يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ . لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا
رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ
الْفَقِير
27. dan berserulah kepada manusia
untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, dan mengendarai unta yang kurus[ yang datang dari segenap penjuru yang
jauh, 28. supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir.QS. Al Hajj : 27-28
Solidaritas dan soliditas sosial
begitu kuat bagi umat ini ketika pelaksanaan haji. Perhatian dan empati kepada sesama
datang dari semua arah dan sisi. Satu fakta yang menegaskan bahwa harmoni
kehidupan itu dalam solidaritas dan soliditas yang tidak
membedakan suku, ras bangsa dan golongan. Inilah poin penting yang perlu kita garis bawahi, kepedulian
kepada sesama, tidak melakukan perbuatan yang membuat celaka dan bahaya bagi
orang lain.
Ketika menjadi anak ia pandai
membahagiakan orang tua, tidak membuatnya susah dan menderita, menjadi
kebanggaan dan pelita hati mereka.
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ
ثَلاثَةِ أَشْيَاءَ : مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika manusia wafat, terputus semua
amalnya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau
anak shalih yang mendoakannya
Ketika menjadi suami, pandai
membahagiakan istri dan anak-anaknya, tidak melakukan perbuatan yang mengganggu
perasaan dan eksistensinya, demikian juga ketika menjadi istri, ia pandai
membahagiakan suami, dan anak-anaknya, menyayangi dengan penuh cinta.
"أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ"
Orang beriman yang paling sempurna
adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang terbaik di antara kalian adalah
yang terbaik baik keluarganya.
Ketika menjadi tetangga, ia adalah
tetanga yang baik yang tidak menjadi ancaman bagi tetangga lainnya, mampu
menghadirkan rasa aman dan kehormatan bagi tetangga di sekitarnya. Menjauhi
segala tindakan dan perbuatan yang mengganggu apalagi melukainya
مَا
زَالَ جِبْرِيل يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْت أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Tidak hentinya Jibril mewasiatkan
kepadaku tentang tetangga sehingga saya menduga bahwa ia akan memberikan
warisan kepadanya.
Ketika menjadi pejabat ia berguna
bagi rakyatnya, tidak melakukan perbuatan yang merugikan, memberatkan, apalagi
mendzaliminya. Dan lain sebagainya. Akhirnya, Marilah kita
rekonstruksi Hikmah Haji dan Qurban ini dalam memperperkuat akidah, akhlaq,
solidaritas dan soliditas keummatan, kebangsaan dan kemanusiaan kita. Hubungan
yang dibangun di atas landasan iman dan taqwa, dihiasi dengan akhlak mulia yang
tertuang dalam pola saling menghargai dan menghormati, memahami perbedaan
sebagai sebuah kenyataan, tidak untuk dibenturkan tetapi keniscayaan yang harus
diterima dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Demikian khutbah idul adha kali
ini, semoga Allah SWT melunakkan hati kita untuk menerima hidayah dan
syariahnya, melunakkan hati kita untuk lebih peduli kepada sesama. Amin ya
Rabbal Aalamiin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ
الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ
أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ
وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر
Tidak ada komentar
Terimakasih sudah mengunjungi blog saya